1. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah
. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab
Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam
bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh
dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul
terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama
watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (
Baitullah
= rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama:
Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula
sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum
Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada
tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau
sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun.
Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota
Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan
turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali
yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama
tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar
Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah)
selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan
kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi
89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah
Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru
untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya
sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah
binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian),
Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar
Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata
beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka
adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut
Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
- Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang
belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani
Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali
bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
- Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang
berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit
Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah
menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah
bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan
Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di
luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13
orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga
ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan
Bai’atul Aqabah. Isi
Bai’atul Aqabah
tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah
menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW,
yakni:
- Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan
dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka
mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka
juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW
(Islam) melarangnya.
- Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya
kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat,
karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
- Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur
mereka.
- Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin
Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah,
disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas
perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar
permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir
Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat
Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan
terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi
Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman
bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia),
karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa
hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga
keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum
kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset,
karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang
kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW
dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW
juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan
Khadijah disebut
‘amul huzni (tahun duka cita).
2. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Medinah
Pada
abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy
dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini
dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib
(keluarga besar Muhammad SAW.). beberapa pemboikotan tersebut antara
lain :
a. Memutuskan hubungan perkawinan.
b. Memutuskan hubungan jual beli.
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
d. Tidak ada tolong menolong.
Pemboikotan
itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di
Kakbah dan tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW. Menghentikan
gerakannya. Selama tiga tahun lamanya Bani Hasyim dan Bani Muthalib
menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak pengikut Rasulullah
yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk mempertahankan hidup untuk
menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah SAW. Juga bertambah berat dengan
wafatnyadua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib
dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut
yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah
disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Dengan
meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani dan leluasa
mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani melempar
kotoran ke punggung Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada
orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW. Merasakan bahwa dakwah
di Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena itu,
Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk berdakwah.
Ajaran Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun mengusir,
menyoraki dan mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat
itu Rasulullah SAW. Sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun
Utba dan Syaiba (anak Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW.
tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang
terus-menerus menimpa Muhammad SAW. Dan pengikutnya dihadapi dengan
sabar dan tawakal.
Saat
mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada
puncaknya, Rasulullah SAW. di perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani
Isra dan Mi’raj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan
selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS Al-Isra/17:1).
Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari
kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain sebagai berikut.
1.
Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak
pernah diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi sebelumnya.
2.
Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai rasul
untuk terus menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
3.
Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan
percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu yang hanya ditempuh dalam
waktu semalam. Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan
menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila. Meski demikian, ada orang yang
beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar sehingga
nama Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.
B. Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ke Yastrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi SAW
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:
- pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi Muhammad SAW di bukit Akabah.
- pada
tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah
yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka tampaknya
datang untuk melakukan haji, tetapi sesungguhnya kedatangan mereka
adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan mengundang mereka agar pindah
ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela dan mempertahankan serta
melindungi Rasulullah besert para pengikut dan keluarganya seperti
melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian
Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi
pindah bersama.
2.
Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya
diputuskan oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka
menyatakan bahwa :
- Mereka
sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di
Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy
yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi
perniagaan mereka.
- Membunuh
Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara setiap suku
Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah
SAW terbunuh, keluarganya tidak akan mampu membela diri di hadapan
seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi SAW dan akan
membunuhnya di saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan
sholat Subuh.
Rencana-rencana
tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda Qurasy terkacoh. Karena
yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rsulullah SAW. Rasulullah
SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah mengetahu kejahatan itu sebelum
para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh
kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama
pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut mera
C. Akhir Periode Dakwah Rasulullah Di Kota Mekah
Dengan
berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama
perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya,
Beliau Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di
tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan
raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari
beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama
dalam sejarah Islam. Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah
bertepatan pada 24 September 6 M. Merekamendapat sambutan penuh haru,
hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat
Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam
sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan
Anshar.
Sejak
Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah
Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah
atau hijrah mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun
penduduk asli disebut Anshar artinya pembela. Adapun penduduk kota
Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu :
- Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
- Golongan
yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina).
Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan diri pada
penduduk asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj
sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan senjatanya.
Peristiwa
hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan kaum muslim karena
hijrahnya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai awal
permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah
kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat
muslim yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal
tersebut adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim
dengan kaum nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik,
ekonomi, sosial, serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah
periode Madinah dapat mewujudkan masyarakat muslim di Madinah yang adil
dan makmur sehingga menjadi prototipe masyarakat ideal atau yang sering
disebut masyarakat madani. Beliau juga turut berjuang dalam memelihara
dan mempertahankan masyarakat yang dibinyanya itu dari segala macam
tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.
D. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina
masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin
dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan
kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas
dan hanya mengharap keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar
dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib
dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab
dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya sehingga
setiap orang dari Kaum Anshar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin.
2. Memellihara
dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana
tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat
terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan
perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan
sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul
sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua
lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling
mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib
mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
c. Kota
Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat
dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan
Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an
dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan
dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Melalui
wahyu yang turun di kota Madinah dimana sebagian besar berkaitan dengan
pembinaan hukum Islam, Nabi Muhammad SAW dapat menetapkan dasar-dasar
yang kuat bagi masyarakat muslim dalam berbagai aspek kehidupan, baik di
lapangan politik,ekonomi, sosial, dan lain-lain.
Dengan
diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan
Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur “
dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah ”.
E. Hikmah Sejarah Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram.
2. Persatuan dan saling menghormati antar agama
3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin
4. Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt
5. memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia
6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat.
7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam
8. Terciptanya hubungan yang kondusif
F. Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup para nabi
2. Mencintai Rasullulah saw
3. mensosialisasikan sunnah Nabi saw
4. Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi
5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
6. Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi Muhammad saw
7. Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
8. Senantiasa berjihad dijalan Allah
9. Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam
10. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid)
11. Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw